Ikataceh.org,(11/7) Kairo — Al-Azhar Al-Syarif menyuarakan kecaman keras pada Kamis (11/7/25) terhadap kunjungan sekelompok individu yang mengklaim diri sebagai “imam Eropa” ke wilayah pendudukan Israel. Dalam pernyataannya, Al-Azhar menyebut tindakan tersebut sebagai bentuk pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan dan ajaran Islam, serta pelecehan terhadap penderitaan panjang rakyat Palestina.
Rombongan yang dipimpin oleh tokoh kontroversial Hassan Shalgoumi itu disebut telah bertemu langsung dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, dan menyampaikan narasi yang menyebut kunjungan itu sebagai bagian dari upaya mempromosikan dialog antaragama dan hidup berdampingan.
Dalam pernyataan yang diposting di halaman Instagram-nya, Al-Azhar mengecam keras narasi tersebut dan menilai sebagai upaya menyesatkan publik dan cara licik untuk menutup-nutupi penderitaan rakyat Palestina yang menghadapi genosida, agresi brutal , serta pembantaian dan pembunuhan yang terus berlangsung terhadap warga sipil tak berdosa selama hampir dua tahun terakhir.
“Bagaimana mungkin mereka berbicara tentang koeksistensi, sementara darah rakyat Palestina terus mengalir, dan penderitaan mereka diabaikan begitu saja?” tulis Al-Azhar dalam pernyataan resminya, yang dipublikasikan melalui media sosial.
Al-Azhar menegaskan bahwa mereka yang terlibat dalam kunjungan tersebut tidak memiliki kepedulian terhadap nilai-nilai moral, agama, maupun nurani kemanusiaan. Al-Azhar bahkan menggambarkan mereka sebagai pihak yang telah kehilangan arah, dan menjual nilai-nilai moral dan agama mereka demi kepentingan pribadi—yang pada akhirnya akan tercatat dalam catatan sejarah kelam umat manusia.
Lebih lanjut, Al-Azhar menegaskan bahwa kelompok tersebut tidak bisa dan tidak boleh dianggap mewakili Islam, umat Islam, maupun pesan suci yang senantiasa dibawa oleh para ulama, da’i, dan imam dalam membela dan menunjukkan solidaritas terhadap kaum tertindas.
Dalam seruannya, Al-Azhar memperingatkan umat Islam di Timur maupun Barat agar tidak tertipu oleh para munafik yang menyalahgunakan simbol keagamaan untuk membenarkan tindakan yang mencederai nilai-nilai Islam. Meski mereka tampil sebagai imam dan pemuka agama, serta menunaikan shalat dan mengaku sebagai da’i, mereka justru menikmati jamuan dari meja kehinaan dan aib, sambil mengingkari tanggung jawab spiritual terhadap sesama manusia.
Redaktur: Haris Akbar
Editor: Raja Muttaqin