FacebookInstagramYoutube

IKAT Aceh Berangkatkan 181 Camaba ke Al Azhar – Kairo

  • Cerita Perjuangan: 3 Berangkat di Tengah Musibah, 1 Sempat Hilang Kontak, dan Puluhan Lainnya Masih Terisolir
Banda Aceh — Di tengah cuaca yang masih dibayangi banjir dan longsor di sejumlah daerah di Aceh, Bandara Sultan Iskandar Muda pada Minggu, 7 Desember 2025, berubah menjadi tempat berkumpulnya harapan. Hari itu, 84 Calon Mahasiswa Baru (Camaba) Al Azhar resmi dilepas oleh IKAT Aceh, menyusul kloter pertama yang telah memberangkatkan 12 mahasiswa beberapa hari sebelumnya dari 13 Camaba. Keberangkatan ini bagian dari komitmen IKAT Aceh untuk memastikan seluruh mahasiswa dapat berangkat sesuai jadwal akademik yang telah ditetapkan.
Dari 13 nama di kloter pertama, satu orang asal Kuala Simpang—yang juga terdampak banjir besar—belum dapat diberangkatkan karena hingga kini belum bisa dihubungi. Namun IKAT Aceh memastikan tiketnya telah dibuat dengan sistem open, sehingga kapan pun ia keluar dari wilayah terisolasi dan siap berangkat, ia akan segera diterbangkan tanpa hambatan administratif apa pun.
Sementara itu, kloter ketiga berjumlah 58 mahasiswa akan terbang pada 10 Desember, dan kloter keempat berjumlah 26 orang masih menunggu akses terbuka sebelum jadwal keberangkatan pada 26 Desember.
Acara pelepasan dihadiri oleh Ketua IKAT Aceh Tgk. Khalid Muddatstsir, Lc., M.A, Dewan Pengarah, Dewan Penasehat, Sekretaris Jenderal, serta para Ketua Divisi IKAT Aceh. Mewakili para wali mahasiswa, Ust. Fachrul Razi Yunus, Lc., M.A, memberikan kata-kata pelepasan yang penuh getaran kebanggaan dan harapan.
Dalam sambutannya, Tgk. Khalid menegaskan pentingnya menjaga identitas Aceh melalui akhlak dan kesungguhan dalam menuntut ilmu. “Jaga niat, jaga akhlak, dan jaga identitas kalian sebagai orang Aceh. Ilmu yang kalian cari bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk umat,” pesannya.
Namun di balik gemuruh sambutan dan doa, keberangkatan ini juga menyimpan kisah-kisah perjuangan yang membuat hari itu bukan sekadar seremoni—melainkan sebuah perayaan atas ketabahan dan kekuatan hati anak-anak Aceh dalam menembus bencana demi menjemput masa depannya.

1. Ataya Zihni — Camaba Aceh Tamiang yang Hilang Kontak

Di antara ratusan nama yang tercatat, satu kursi tetap kosong. Di daftar itu, tertulis nama Ataya Zihni, putra asal Desa Meudang Ara, Kecamatan Karang Baru, Aceh Tamiang, yang hilang kontak sejak banjir besar melanda daerahnya.
Sebelum menghilang, Ataya sempat mengabari bahwa ia mencoba keluar dari wilayah yang terisolasi. Setelah itu, tak lagi ada kabar. Jalan terputus, jembatan hanyut, listrik padam, dan sinyal hilang total..
Hingga hari keberangkatan, panitia IKAT Aceh, relawan, dan sesama camaba terus berusaha mencari informasi—namun Ataya baru dapat dihubungi pada Rabu, 10 Desember 2025. Panitia dan sesama Camabapun mulai merasa lega atas kabar yang baru mereka dapat. IKAT Aceh menyiapkan tiket terbuka untuk memberangkatkannya segera setelah jalur keluar dari wilayahnya kembali dapat dilalui

2. Nuri Nazirah S — Terbang dengan Hercules di Tengah Isolasi Total

Dari dataran tinggi Bener Meriah, kisah menggetarkan datang dari Nuri Nazirah S, putri asal Tingkem, Kecamatan Mesidah.
Akses jalan menuju Banda Aceh lumpuh total. Banjir dan longsor menutup seluruh jalur transportasi.
Tanpa banyak pilihan, Nuri akhirnya menumpang pesawat Hercules TNI AU, tanpa ditemani siapa pun dari keluarga.
Di dalam pesawat yang penuh suara mesin, Nuri duduk memeluk tas kecil—satu-satunya barang yang bisa ia bawa saat air banjir mengepung rumahnya.
Setibanya di Banda Aceh, ia hanya berkata pelan,
“Selama saya bisa berangkat, saya ridha.”
Kalimat pendek, tetapi menyimpan keberanian yang sangat besar.

3. Feri Gunawan — Berjalan Kaki Menerjang Hujan, Menginap di Sekretariat IKAT Aceh

Perjalanan Feri Gunawan, putra asli Wih Pesam Uken, Bener Meriah, menjadi salah satu kisah yang paling menyentuh.
Ketika banjir menutup semua jalur, Feri bersama kedua orang tuanya menumpang ojek, lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menembus hujan deras menuju kawasan Gunung Salak. Sinyal hilang total, perbekalan tipis, dan jalan licin penuh lumpur.
Begitu mencapai area sinyal, ayah Feri langsung menghubungi panitia. IKAT Aceh membuka pintu Sekretariatnya, menerima keluarga Feri menginap dengan penuh tangan terbuka.
Malam itu, sekretariat menjadi tempat istirahat dan tempat melepas cemas. Keesokan pagi, dengan mata berkaca-kaca, ayahnya melepas Feri sembari berbisik,
“Kalau banjir tak menghentikan kami, tak ada yang menghentikan kamu menuju ilmu.”

4. Ifrah Fatmawati — Dari Tenda Pengungsian ke Penerbangan Internasional

Dari Aceh Utara, cerita Ifrah Fatmawati, putri Riseh Teungoh, tak kalah menggugah. Rumahnya terendam total, barang-barang hanyut, dan keluarganya mengungsi ke tenda darurat.
Di sanalah Ifrah mempersiapkan keberangkatan—bukan dari kamar rapi atau koper lengkap, melainkan dari lantai tenda pengungsian.
Namun ia berangkat juga. Karena mimpi lebih kukuh daripada bencana.

Keberangkatan yang Tidak Lagi Menghitung Jumlah, tetapi Menghitung Perjuangan
Total 181 camaba yang diberangkatkan bukanlah angka statistik semata. Masing-masing dari mereka membawa kisah tentang tekad, air mata, dan keberanian.
Ada yang dari Pidie Jaya harus meninggalkan keluarga di tengah duka, ada yang dari Aceh Tenggara menumpang Fuso dan truk besar, ada yang menyeberang dengan rakit, Ada yang sempat terisolir berhari-hari.Puluhan lainnya masih menunggu tanggal keberangkatan, terjebak di kampung dengan akses yang putus total hingga 26 Desember.

77.1 WhatsApp Image 2025 12 12 at 13.31.39 1
Maba Kloter 2 Berkumpul mendengar arahan Sekaligus pelepasan ke Al Azhar-kairo

Baca Juga: Respon cepat IKAT Aceh Untuk Korban banjir, dari Posko hingga Desa-Desa Terisolir

Banjir mungkin merendam jalan, menghanyutkan jembatan, dan memutus segala akses—
tetapi banjir tidak pernah sanggup merendam mimpi anak-anak Aceh.
IKAT Aceh bukan hanya mengantar mereka menuju pesawat, IKAT Aceh menjadi saksi bagaimana mimpi-mimpi itu diperjuangkan: dengan lumpur, tenda pengungsian, doa keluarga, dan ketabahan tanpa batas.
Semoga para mahasiswa tiba di Al Azhar dengan selamat, menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh, dan kelak kembali membawa cahaya ilmu untuk menerangi Aceh.

Redaktur: Arief Munandar

Editor: Annas Muttaqin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img
TERBARU

INFO TIMTENG

BERITA POPULAR